Minggu, 19 September 2010

Ada Apa Dengan Yosua????

Baca Kitab Yosua


Kita sudah terlalu sering mengaku bahwa generasi kita sekarang ini adalah generasi Yosua. Bahkan di ibadah-ibadah kaum muda pengakuan sebagai generasi Yosua kita amini dengan penuh semangat.  Bila perlu diteriakkan dengan suara sekencang-kencangnya agar orang-orang mendengar dan mengetahui bahwa kita adalah generasi Yosua.

Pertanyaannya. Apakah kita mengerti mengapa kita mengumandangkan diri sebagai generasi Yosua? Apakah kita memahami makna teologis dibalik pengakuan tersebut? Ataukah kita hanya sekedar ikut-ikutan saja agar terlihat lebih rohani? Ataukah kita hanya ikut-ikutan saja karena khawatir kalau tidak mengaku maka dicap sebagai orang tak beriman?



Jika kita mengaku sebagai generasi Yosua tetapi tidak mengerti dan tidak memahami makna yang terkandung dibalik pengakuan tersebut, maka kita akan menjadi orang  yang paling tidak bijaksana dan menjadi orang yang paling malang sedunia. Mengapa demikian? Karena hanya orang “bodoh” saja yang mau melakukan sesuatu tanpa tahu apa yang dilakukannya, tanpa tahu apa yang dituju dan tanpa tahu diharapkannya.

Untuk itu kita perlu kembali kepada Alkitab agar kita bisa mengetahui latar belakang di seputar kehidupan Yosua dan bangsa Israel. Jadi tulisan ini hanya berupaya mengangkat sedikit dari begitu dalamnya makna firman Allah yang dituliskan dalam Kitab Yosua dengan harapan kita tidak lagi hanya sekedar melakukan pengakuan sebagai generasi Yosua tetapi menjadi pribadi seperti Yosua itu sendiri atau melakukan seperti apa yang Yosua lakukan.

Pertama, kita berbicara lebih dahulu tentang Kitab Yosua yang bisa dibilang sebagai pelengkap bagi kelima kitab Musa (Pentateukh) dan pengantar kepada 12 kitab sejarah berikutnya (Baxter, J.Sidlow., Menggali Isi Alkitab 1, YKBK, 2004). Penjelasannya secara sederhananya adalah, pentateukh menceritakan kepemimpinan Musa membawa bangsa Israel menuju negeri Kanaan dan Kitab Yosua menceritakan Kepemimpinan Yosua yang membawa bangsa Israel masuk tanah perjanjian. Dua kitab setelah Kitab Yosua menceritakan sejarah bangsa Israel selama di Kanaan. Dengan demikian Kitab Yosua adalah penghubung antara Pentateukh dengan 12 kitab sejarah.
 Dari bagian pertama ini saja kita sudah bisa menangkap makna rohaninya, bahwa Yosua merupakan bagian yang sangat penting dari sejarah bangsa Israel. Aplikasinya dalam kehidupan kita sehari-hari. Apakah kita sudah menjadi bagian penting dari sejarah kehidupan kita sehari-hari atau menjadi pembuat sejarah dalam pelayanan kita?
Kedua, dalam bagian ini kita mencoba mengungkap mengapa Yosua yang diberi “mandat” oleh Allah untuk membawa bangsa Israel ke tanah perjanjian? Mungkin pertanyaan yang paling tepat untuk bagian ini adalah, siapa Yosua sehingga Allah memberikan kepercayaan yang begitu luar biasa kepadanya? Apakah Yosua itu anak seorang raja agung sehingga ia mendapatkan kehormatan menjalankan tugas dari Allah? Apakah Yosua itu anak seorang nabi besar sehingga Allah jatuh hati kepadanya? 

Bisa ditarik satu kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan di atas, yakni pastilah ada sesuatu yang unik, yang mengagumkan dari sosok Yosua.
Alkitab secara jelas menyatakan bahwa Yosua bin Nun adalah cucu dari Elisama, kepala suku Effraim. Jadi “pahlawan” Israel ini bukan seorang anak raja agung, bukan pula anak seorang nabi besar. Hanya cucu dari seorang kepala suku.

Sanak saudaranya sering menyebut Yosua sebagai Hosea yang artinya “keselamatan” (Baca Bil. 13:8). Musa malah menambahkan nama yehosyua yang dalam bahasa Yunaninya Iêsous (Yesus).
Pada masa Keluaran, Yosua dikatakan masih muda sekali (Kel. 33:11), namun Musa memilih ia menjadi pembantu (slave) pribadinya dan memberi perintah kepada Yosua untuk membentuk pasukan terdiri dari suku-suku Israel yang belum terorganisir, untuk memukul mundur tentara Amalek yang datang menyerang (Kel. 17). Yosua bersama-sama dengan Kaleb menjadi 2 dari 12 orang pengintai yang tak gentar menghadapi kaum-kaum kuat di Kanaan dan mereka berdua percaya bahwa Israel bisa merebut Kanaan karena Allah dipihak Israel. Sementara 10 pengintai menunjukkan ketakutannya bahkan ingin “menghabisi” Yosua dan Kaleb.

Ini menunjukkan keberanian dan iman yang besar dari Yosua dan Kaleb walau  fakta memang menunjukkan bahwa bangsa yang mendiami Kanaan kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu-kubu dan sangat besar.

Pada Kel. 33:11 dikatakan Yosua menjadi orang muda yang setia dan siaga menantikan Allah di Kemah Pertemuan (Kel.39:40). Bisa dibilang, dari masa mudanya, Yosua sudah rindu memiliki hubungan yang intim dengan Allah. Yosua tidak hanya sekedar rindu, tapi ia terus mencarinya di Kemah Pertemuan. Yosua sangat tergantung kepada Allah. Yosua sadar bahwa hidup dirinya dan kelangsungan hidup bangsa Israel ada di tangan Tuhan.

Selama tahun-tahun yang panjang ia mengikuti Musa, pasti karakter Musa yang panjang sabar dan lembut “merasuki” kehidupannya. Artinya Musa mendidik Yosua sedemikian rupa dan Yosua menjadi “pelayan” yang mau belajar dan mau melakukan kehendak Allah. Apapun yang dikatakan Musa, tidak pernah sekalipun Yosua membantah. Ini menunjukkan ketaatannya kepada Musa sebagai “tuan” dan sebagai pemimpin Israel. Apalagi ia menyadari bahwa Musa adalah “Orang Pilihan” Allah dan Allah sangat mengasihi Musa, hamba yang paling lembut hatinya. Sampai akhirnya Allah memberikan “mandat” kepada Yosua menjadi pemimpin bangsa Israel setelah Musa “berpulang”.

Ketiga, di bagian terakhir ini “mata” rohani kita akan semakin terbuka mengapa kita bersedia mengaku sebagai generasi Yosua.

Dari Kitab Yosua kita mendapat suatu penyataan bahwa Yosua identik dengan kata pamungkas, yakni “berkemenangan”.  Berkemenangan dalam hal apa? Ternyata yang paling penting adalah “KEMENANGAN IMAN”.
Mengapa disebut “KEMENANGAN IMAN”? Dalam Ibrani 11:1 dikatakan, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”
Menyangkut “KEMENANGAN IMAN” ini mengandung makna yang cukup dalam dan panjang. Hanya saja topik ini akan dibahas lebih lanjut dalam edisi selanjutnya. SEGALA KEMULIAAN HANYA BAGI TUHAN YESUS KRISTUS. Terima Kasih Tuhan Yesus memberkati.

Dikutip dari sumber utama, yakni ALKITAB dan sumber-sumber lainnya.
 
By: Hikman Sirait 


1 komentar:

  1. wih yang mantapannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.....................................

    BalasHapus