Rabu, 22 September 2010

GEREJA YANG SEHAT


Sudah menjadi rahasia umum kalau berdirinya gereja belakangan ini seperti jamur yang tumbuh di musim hujan. Pertumbuhan gereja dari sisi building (bangunan) harus diakui sangat pesat bak meteor yang meluncur dengan kecepatan tinggi. Bahkan dalam satu kelurahan saja bisa terdapat puluhan bahkan ratusan gereja.
Tidak ada yang salah dengan berdirinya gereja-gereja baru atau gereja-gereja lama yang membuka cabang baru. Pembukaan tempat-tempat ibadah yang baru patut diacungi jempol, karena salah satu tujuan sebenarnya adalah memudahkan “domba-domba” Allah melakukan persekutuan yang manis dengan saudara seiman lainnya.
Yang menjadi pertanyaan sekarang ini, apakah “pertumbuhan” gereja dari sisi building itu diikuti juga dengan pertumbuhan jemaat baik dari sisi kuantitas maupun kualitas?



Beberapa Pendeta gembala mungkin mengatakan, “Iya, terjadi pertumbuhan jemaat di gereja kami”. Tapi kalau kita mau jujur, seberapa banyaknya sih dari gereja-gereja yang memperluas cabangnya itu mengalami pertumbuhan dalam jumlah jemaat? Bilapun jumlah jemaat bertumbuh, apakah pertumbuhan itu benar-benar dari hasil upaya penginjilan atau yang terjadi justru perpindahan jemaat dari satu gereja ke gereja lain?
Seringkali terdengar suara Pendeta gembala dari gereja-gereja kecil yang “menangis” dan “menjerit” karena jemaatnya berpindah ke gereja lain yang kondisinya jauh lebih lengkap, baik dari alat musik, kursi yang empuk, multimedia hingga ruangan yang berpendingin (AC).
Dalam tulisan ini para Pendeta gembala diingatkan kembali akan tugas yang diberikan Allah kepada gereja-Nya. Tugas itu adalah Persekutuan (Koinonia), kesaksian (marturia), dan pelayanan (diakonia). Gereja yang melakukan ketiga tugas inilah yang disebut sebagai gereja yang “sehat”.
Dr. Eka Darmaputra dalam buku Pergulatan Kahadiran Kristen di Indonesia, jelas sekali menyatakan kesaksian (marturia) itu adalah memberitakan Kabar Baik dalam Yesus Kristus kepada orang-orang yang belum mengenal Kristus agar terjadi pertobatan dan pembaharuan. Pemberitaan Kabar Baik atau Pekabaran Injil atau Penginjilan itu merupakan bagian dari Amanat Agung yang tertulis di Matius 28:19 “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.
Kalau dicermati secara jujur, hampir mayoritas gereja-gereja sekarang ini lebih fokus pada persekutuan (koinonia) dan pelayanan (diakonia) dengan mendirikan atau membuka gereja-gereja baru maupun cabang-cabang baru. Pembukaan gereja-gereja atau cabang-cabang baru seringkali tanpa perhitungan yang matang sehingga belakangan menimbulkan masalah baru. Banyak gereja atau cabang baru yang dibuka, tapi tak sedikit yang tutup kembali karena tak kuat menanggung biaya operasional yang terlalu besar.
Tampaknya gereja sekarang ini mulai dan sudah melupakan tugas paling penting, yakni kesaksian (marturia). Yang paling menyedihkan, ternyata ada gereja yang tidak pernah melakukan tugas kesaksian ini dengan berbagai alasan. Ada juga yang memiliki program untuk melakukan tugas kesaksian tetapi hanya sebatas pada program dan rencana, tidak ada realisasi. Ada juga yang melakukan tugas kesaksian ini namun hanya sekali-sekali, itupun dengan sumber daya yang dibatasi.
        Dalam tulisan ini sekali lagi diingatkan kepada para Pendeta gembala untuk menggerakkan gereja melakukan tugas kesaksian atau tugas penginjilan. Kata “menggerakkan gereja” ini menunjukkan bahwa Pendeta gembala harus bisa memacu semua potensi yang ada di gereja, termasuk jemaat untuk melakukan Pekabaran Injil. Jadi tugas kesaksian ini tidak hanya dilakukan Pendeta gembala maupun para pengerja di gereja saja, tapi juga harus melibatkan jemaat.
Pendeta gembala sudah seharusnya memberikan makanan yang sehat kepada para jemaat dengan menyampaikan bahwa Amanat Agung merupakan tugas bersama. Tugas kesaksian yang dikerjakan secara bersama-sama tentunya bisa memberikan hasil yang terbaik (maksimal) ketimbang dilakukan segelintir orang. Hanya saja potensi yang dimiliki jemaat selama ini seringkali tidak digali dan kerap kali diabaikan gereja.
Saya sangat yakin bahwa sebenarnya jemaat memiliki kerinduan yang menggebu-gebu untuk melakukan tugas kesaksian. Jemaat juga ingin dilibatkan dalam tugas merebut jiwa-jiwa yang terhilang untuk dibawa ke hadapan Allah Yang Maha Tinggi. Jemaat menyadari bahwa mereka "berhutang nyawa" kepada Kristus. Mungkin yang perlu dilakukan para Pendeta gembala atau gereja adalah memotivasi dan mendidik jemaat secara terus-menerus bagaimana cara melakukan tugas kesaksian atau penginjilan secara baik.
Intinya, tanggung jawab gereja untuk memberikan pengetahuan bagi jemaat bagaimana cara melakukan penginjilan yang efektif dan efisien. Satu hal lain, jangan pernah membebani jemaat dengan target membawa jiwa-jiwa baru ke gereja karena jiwa-jiwa adalah milik Allah.
Tugas gereja, termasuk seluruh elemen di dalamnya adalah menyampaikan Kabar Baik, sisanya serahkan kepada Allah. Artinya soal pertobatan seseorang itu bagiannya Allah, bukan bagian saya dan saudara. Soal apakah orang yang bertobat itu nantinya beribadah ke gereja saudara atau tidak, serahkan itu pada mekanisme Allah. Tugas gereja dan seluruh elemen didalamnya adalah menyampaikan Kabar Baik, membimbing dan mengarahkan, termasuk menuntun petobat baru itu ke suatu gereja terdekat agar imannya bisa terus bertumbuh. Syukur-syukur petobat baru itu bisa beribadah di gereja saudara. Tapi jangan menjadi kecewa jika ada petobat baru yang tidak beribadah di gereja saudara, ingatlah akan firman Allah dalam I Korintus  3:6 ,  “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.”.
Berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, gereja yang melakukan tugas kesaksian dipastikan mengalami pertumbuhan jemaat, baik secara kualitas maupun kuantitas (jumlah).  Gereja yang melakukan tugas kesaksian pasti memiliki jemaat dengan tingkat kerohanian bisa dibilang dewasa. Kedepannya, gereja yang melakukan tugas kesaksian-lah yang akan berdiri tegar dan tetap bertumbuh meski ada hujan badai menerjang.

Selamat berjuang. Salam hormat bagi para Pendeta gembala yang mendidik jemaat untuk melakukan tugas kesaksian.

By: Hikman Sirait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar